All about U and Me .. World in my eye

Hi.. ^^ you can share stories, experiences, or anything else that could be useful for all in my blog

Monday, June 1, 2020

MAKNA HARI PANCASILA DI TENGAH PANDEMI COVID-19

               Upacara Bendera Vitual dalam Memperingati Hari Lahirnya Pancasila. (Sumber : Penulis)

Memperingati hari lahir Pancasila tahun ini yang jatuh pada hari Senin 1 Juni 2020 adalah peringatan Hari lahirnya Pancasila yang ke-75 yang diperingati dalam suasana kecemasan dan keprihatinan bagi bangsa Indonesia, dikarenakan bertepatan dengan merebaknya pandemi virus Corona atau bisa disebut virus Covid-19. Per 01 Mei 2020 telah memakan korban di dunia sebanyak: terkonfirmasi= 6,28 Juta, sembuh= 2,85 Juta dan meninggal= 374 ribu sedangkan  Indonesia: terkonfirmasi: 26.940, sembuh: 7.637 dan meninggal: 1.641 ( Kompas.com).

Meskipun dalam kecemasan dan keprihatinan ini tidak membuat bangsa Indonesia pesimis dan terpuruk berkepanjangan, akan tetapi memberi semangat baru, menumbuhkan rasa kepedulian dan rasa optimis tinggi bahwa bangsa Indonesia akan bangkit melawan pandemi Covid-19.

Pancasila sebagai Ideologi dan pedoman hidup dalam tatanan bernegara dan berbangsa, harus senantiasa menjadi penyemangat bangsa Indonesia dalam melawan pandemi Covid-19 dengan mengimplementasikan nilai-nilai dan butir-butir sila Pancasila. Sebagai bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa senantiasa mengedepankan ketakwaan dan keimanan, yang percaya bahwa pandemi Covid yang melanda dunia saat ini termasuk bangsa Indonesia adalah cobaan Sang Khaliq terhadap umat-Nya. Sebagai bangsa yang berketuhanan harus senantiasa menjalankan ibadah sesuai keyakinan dan kepercayaan masing-masing sembari berdoa untuk segera dijauhkan cobaan pendemi Covid-19.

Sila Kedua Pancasila: Kemanusian yang adil dan beradab, memberikan makna kepada bangsa Indonesia dimasa Pandemi covid 19, untuk saling bergotong royong dan bekerja sama untuk saling bahu membahu membantu sesama yang terdampak  Pandemi Covid-19, Pemerintah harus mengelontorkan bantuan tunai dan non tunai begitu juga masyarakat yang mampu harus membantu masyarakat yang kurang mampu.

Upaya saling bahu membahu antara pemerintah dan masyarakat juga sangat dibutuhkan karena Kesadaran masyarakat sangat berperan penting dalam memutus rantai penyebaran virus Covid - 19. Menjaga lingkungan juga sangat penting bagi peningkatan kualitas hidup dimasyarakat.


Jadi, meskipun dalam kondisi pandemi covid 19 seperti saat ini banyak hal - hal positif yang dapat kita lakukan untuk sesama dan lingkungan.

Sunday, November 25, 2018

SURABAYA KOTA PAHLAWAN


Surabaya
Kota Penuh Kenangan
Kota Sejarah Perjuangan Bangsa
Kota Indah Penuh Pesona

Sura Dan Baya Maskot Kotanya
Penuh Cerita Dan Melegenda
Sebagai Tanda Bahwa
Keberanian Dan Kejayaan
Adalah Semangatnya

Kota Surabaya Menjadi Saksi
Betapa tangguh Negeri Ini
Sekaligus Menjadi Bukti
Semangat Yang Tak Henti

Tetaplah Menjadi Kebanggaan Bangsa
Terus Berkarya Bersama Arek –Arek Suroboyo
Hingga  Kancah Internasional

Kini Pesonamu Terbang DiSeluruh Penjuru Dunia
Bukti Surabaya Selalu Berkarya


Wednesday, August 22, 2018

KEMERDEKAAN KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DI ERA DIGITAL


Sudah 73 tahun Indonesia merdeka, banyak hal yang dapat diupayakan sebagai langkah untuk mengisi kemerdekaan. Dengan memajukan bangsa dengan semangat berkarya, berinovasi serta berbagi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Melalui kreasi digitalnya banyak para pelaku diberbagai sektor ingin menunjukan semangat dan upayanya untuk memantapkan dan memperluas pengetahuaanya di bidang teknologi, hal ini guna mengimbangi perkembangan dan persaingan global yang kian menantang.

Di hari peringatan dirgahayu kemerdekaan Indonesia yang ke - 73 ini, tentu menjadi momen yang pas untuk terus meningkatkan semangat kebangsaan, semangat untuk turut serta memajukan kesejahteraan bangsa. Arti kemerdekaan bagi saya adalah ketika rakyat dapat merasakan arti kemerdekaan itu sendiri di berbagai aspek kehidupan apalagi saat era digital, dimana perlu upaya dan semangat jiwa - jiwa muda untuk bisa membantu memperkenalkan dan memperluas jaringan di seluruh plosok indonesia, Lalu seperti apa arti semangat kemerdekaan bagi para pelaku industri di Indonesia ?

"Merdeka itu bebas, bebas dalam berfikir dan berkarya. Anak muda harus berkarya dengan menciptakan solusi berbasis teknologi digital. setelah merdeka 73 tahun, kita harus berhenti membahas potensi dan mimpi. kini saatnya mencetak sejarah baru di era ekonomi digital. indonesia harus menjadi bangsa pemenang, " Ujar Yansen Kamto selaku CEO Kibar sekaligus salah satu penggagas gerakan 1000 start up nasional. (dailysocial.id)

Seperti yang telah kita ketahui dan rasakan, bahwa saat ini banyak hal yang sudah bergeser, dalam bentuk digitalisasi. Berbagai industri dan kegiatan ekonomi banyak ditopang penuh oleh peranan teknologi informasi dan komunikasi. "Bagi saya arti kemerdekaan adalah kebebasan untuk mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang baik, kehidupan yang layak, serta kebebasan dalam memilih pasangan hidup tanpa melihat perbedaan suku dan ras tertentu. Generasi muda dapat mengisi kemerdekaan dengan kreativitas tanpa batas. Bagaimana kita dapat menghasikan gagasan jitu dan memiliki nilai ekonomi," Ujar Founder dan CEO Bridestory Kevin Mitraraga (dailysocial.id)

Dari apa yang sudah saya paparkan maka momentum ini adalah saatnya berintropeksi apakah kita sudah berdaulat secara digital. Nyatanya, masih banyak permasalahan bangsa ini yang bisa diselesaikan dengan pendekatan teknologi, hal ini tentu perlu uluran tangan pemuda indonesia dan dukung dengan akses internet yang merata menjadi salah satu faktor penting untuk kesejahteraan bangsa. Tak ada cara lain kecuali keberanian untuk memulai, kegigihan untuk selalu bangkit ketika gagal dan harapan, visi, misi dan mimpi yang realistis untuk menghasilkan karya yang membanggakan.

Monday, November 3, 2014

Kalender Islam 2014 - Penanggalan Hijriyah Ummul Qura

Kalender Islam 2014 - Penanggalan Hijriyah Ummul Qura

Melihat waktu yang terus berjalan.. tanpa kita sadari semua akan berlalu dengan cepat.. semoga aku selalu bisa membagi dan mengunakan waktu ku dengan sebaik mungkin. 



وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Kedudukan Surat Al ‘Ashr
Al Qur’an adalah kalamullah ? (firman Allah) sebagai pedoman dan petunjuk ke jalan yang lurus bagi umat manusia. Allah ? berfirman (artinya):
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (Al Israa’: 9)
Sehingga semua ayat-ayat Al Qur’an memiliki kedudukan dan fungsi yang agung. Demikian pula pada surat Al ‘Ashr, terkandung di dalamnya makna-makna yang amat berharga bagi siapa saja yang mentadabburinya (memahaminya dengan seksama).
Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menegaskan tentang kedudukan surat Al ‘Ashr, beliau berkata:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
“Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al Imam Asy Syafi’i itu adalah tepat karena Allah ? telah mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi (celaka) kecuali barang siapa yang mu’min (beriman) lagi shalih (beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas kesabaran. (Lihat Majmu’ Fatawa, 28/152)
Keutamaan Surat Al ‘Ashr
Al Imam Ath Thabrani menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh ?, ia berkata: “Jika dua shahabat Rasulullah ? bertemu maka keduanya tidak akan berpisah kecuali setelah salah satu darinya membacakan kepada yang lainnya surat Al ‘Ashr hingga selesai, kemudian memberikan salam.” (Al Mu’jamu Al Ausath no: 5097, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 2648)
Kandungan Surat Al ‘Ashr
Pada ayat pertama: ((وَالْعَصْرِ
Allah ? bersumpah dengan al ‘ashr yang bermakna waktu, zaman atau masa. Pada zaman/masa itulah terjadinya amal perbuatan manusia yang baik atau pun yang buruk. Jika waktu atau zaman itu digunakan untuk amal kebajikan maka itulah jalan terbaik yang akan menghasilkan kebaikan pula. Sebaliknya jika digunakan untuk kejelekan maka tidak ada yang dihasilkan kecuali kerugian dan kecelakaan.
Rasulullah ? bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan, dan waktu senggang” (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah bin Abbas ?)
Kemudian di hari kiamat kelak Allah ? akan menanyakan tentang umur seseorang, untuk apa dia pergunakan? Sebagaimana hadits Rasulullah ? yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Mas’ud ?, beliau ? bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui. (HR. At Tirmidzi no. 2416 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 947)
Kemudian Allah ? menyebutkan ayat berikutnya:
إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi.”
Lafazh al insan pada ayat di atas secara kaidah tata bahasa Arab mencakup keumuman manusia tanpa terkecuali. Allah ? tidak memandang agama, jenis kelamin, status, martabat, dan jabatan, melainkan Allah ? mengkhabarkan bahwa semua manusia itu dalam keadaan celaka kecuali yang memilki empat sifat yang terdapat pada kelanjutan ayat tersebut.
Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bermacam-macam, bisa kerugian yang bersifat mutlak, seperti keadaan orang yang merugi di dunia dan di akhirat, yang dia kehilangan kenikmatan dan diancam dengan balasan di dalam neraka jahim. Dan bisa juga kerugian tersebut menimpa seseorang akan tetapi tidak mutlak hanya sebagian saja. (Taisir Karimirrahman, karya Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di)
Pertama: Keimanan
Sifat yang pertama adalah beriman, diambil dari penggalan ayat:
إِلاَّ الَّذيْنَ ءَامَنُوْا
“Kecuali orang-orang yang beriman”
Iman adalah keimanan terhadap seluruh apa yang Allah ? perintahkan untuk mengimaninya, dari beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir, serta segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Allah ? dari keyakinan-keyakinan yang benar dan ilmu yang bermanfaat.
Penggalan ayat di atas memiliki kandungan makna yang amat berharga yaitu tentang kewajiban menuntut ilmu agama yang telah diwariskan oleh Nabi ?.
Mengapa demikian? Tentu, karena tidaklah mungkin seseorang mencapai keimanan yang benar dan sempurna tanpa adanya ilmu pengetahuan terlebih dahulu dari apa yang ia imani dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah ? berfirman (artinya):
“Allah bersaksi (bersyahadat untuk diri-Nya sendiri) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia (Allah), para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga bersyahadat yang demikian itu), …” (Ali Imran: 19)
Dalam ayat yang mulia ini Allah ? menggandengkan syahadat orang-orang yang berilmu dengan syahadat untuk diri-Nya sendiri dan para Malaikat-Nya. Padahal syahadat laa ilaaha illallaah merupakan keimanan yang tertinggi. Hal ini menunjukkan tingginya keutamaan ilmu dan ahli ilmu. Bahkan para ulama menerangkan bahwa salah satu syarat sahnya syahadat adalah berilmu, yaitu mengetahui apa ia persaksikan. Sebagaimana firman Allah ?:
إِلاَّ مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Kecuali barangsiapa yang bersyahadat dengan haq (tauhid), dalam keadaan mereka mengetahuinya (berilmu).” (Az Zukhruf: 86)
Sehingga tersirat dari penggalan ayat:
إِلاَّ الَّذيْنَ ءَامَنُوْا
kewajiban menimba ilmu agama. Terlebih lagi Rasulullah ? menegaskan dalam haditsnya:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu (agama) adalah fardhu (kewajiban) atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)
Kedua: Beramal shalih
Sifat yang kedua adalah beramal shalih, diambil dari penggalan ayat (artinya):
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
“Dan beramal shalih.”
Amalan shalih itu mencakup amalan zhahir yang dikerjakan oleh anggota badan maupun amalan batin, baik amalan tersebut bersifat fardhu (wajib) atau pun bersifat mustahab (anjuran).
Keterkaitan antara iman dan amal shalih itu sangatlah erat dan tidak bisa dipisahkan. Karena amal shalih itu merupakan buah dan konsekuensi dari kebenaran iman seseorang. Atas dasar ini para ulama’ menyebutkan salah satu prinsip dasar dari Ahlus Sunnah wal jama’ah bahwa amal shalih itu bagian dari iman. Iman itu bisa bertambah dengan amalan shalih dan akan berkurang dengan amalan yang jelek (kemaksiatan)
Oleh karena itu, dalam Al Qur’an Allah ? banyak menggabungkan antara iman dan amal shalih dalam satu konteks, seperti dalam ayat ini atau ayat-ayat yang lainnya. Diantaranya firman Allah ? (artinya): “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di: “Jika dua sifat (iman dan amal shalih) di atas terkumpul pada diri seseorang maka dia telah menyempurnakan dirinya sendiri.” (Taisir Karimirrahman)
Ketiga: Saling menasehati dalam kebenaran
Merupakan salah satu dari sifat-sifat yang menghindarkan seseorang dari kerugian adalah saling menasehati diantara mereka dalam kebenaran, dan di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah ? serta meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan-Nya.
Nasehat merupakan perkara yang agung, dan merupakan jalan rasul di dalam memperingatkan umatnya, sebagaimana Nabi Nuh ? ketika memperingatkan kaumnya dari kesesatan: “Dan aku memberi nasehat kepada kalian.” (Al A’raaf: 62).
Kemudian Nabi Hud ? yang berkata kepada kaumnya: “Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Al A’raaf: 68)
Dengan nasehat itu maka akan tegak agama ini, sebagaimana sabda Rasulullah ? di dalam haditsnya:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama ini adalah nasehat” (H.R Muslim no. 90 dari shahabat Tamim Ad Daari ?)
Bila nasehat itu mulai kendor dan runtuh maka akan runtuhlah agama ini, karena kemungkaran akan semakin menyebar dan meluas. Sehingga Allah ? melaknat kaum kafir dari kalangan Bani Israil dikarenakan tidak adanya sifat ini sebagaimana firman-Nya (artinya): “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka perbuat.” (Al Maidah: 79)
Demikian pula orang-orang munafik yang diantara mereka saling menyuruh kepada perbuatan mungkar dan melarang dari perbuatan yang ma’ruf, Allah ? telah memberitakan keadaan mereka di dalam Al Quran, sebagaimana firman-Nya (artinya): “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh kepada perbuatan yang mungkar dan melarang dari perbuatan yang ma’ruf.” (At Taubah: 67)
Keempat: Saling menasehati dalam kesabaran
Saling menasehati dalam berbagai macam kesabaran, sabar di atas ketaatan terhadap Allah ? dan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sabar terhadap musibah yang menimpa serta sabar terhadap takdir dan ketetapan-Nya.
Orang-orang yang bersabar di atas kebenaran dan saling menasehati satu dengan yang lainnya, maka sesungguhnya Allah ? telah menjanjikan bagi mereka pahala yang tidak terhitung, Allah ? berfirman (artinya): “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar:10)
Jika telah terkumpul pada diri seseorang keempat sifat ini, maka dia telah mencapai puncak kesempurnaan. Karena dengan dua sifat pertama (iman dan amal shalih) ia telah menyempurnakan dirinya sendiri, dan dengan dua sifat terakhir (saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran) ia telah menyempurnakan orang lain. Oleh karena itu, selamatlah ia dari kerugian, bahkan ia telah beruntung dengan keberuntungan yang agung. Wallahu A’lam.

Sunday, December 4, 2011

Dear Allah




Ya .. Allah ,, 

Sometimes, It's hard for me to understand. What You really want to happen
But I trust You
I know You will give me what's best

Sunday, August 7, 2011

Catatan Indah Bersedekah




Saat aku melihat foto gambar diatas, tak terasa air mata ini pun menetes. Dalam hati aku berkata " Ya..   Allah.. berilah kesabaran bagi hamba-Mu yang kurang beruntung ini,, berilah mereka kelapangan jiwa, keikhlasan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Engkau beri.


Kebahagian yang luar biasa saat melihat senyum mereka saat aku memberikan sebungkus nasi, dan hal yang paling aku ingat saat itu ketika ada seorang anak kecil yang membantu bapaknya untuk memulung di bak sampah, sempat dalam hati aku meminta maaf karena hanya sebungkus nasi saja yang bisa aku berikan.

Tak habis pikir bila aku melihat orang-orang yang mampu, bangga atas harta yang dititipkan kepada mereka, tanpa mereka sadari menghabiskan uang mereka untuk kesenangan mereka sendiri, hanya untuk perut mereka sendiri, jalan - jalan ke mall, dan lupa menyisihkan sebagian harta mereka untuk fakir miskin.


******

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (Al Munaafiqu (63) : 10))

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (TQS 65:7)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(Al A'raf (7) : 96)




Al An'am (6) : 160

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ

Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).





Al Baqarah (2) Nomor Ayat : 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

2.155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.






Saturday, March 26, 2011

Kisah Cinta Rosulullah kepada Siti Khodijah



Cinta sejati dan kesetiaan mencintai diukur setelah perkawinan, bahkan lebih terbukti setelah kepergian yang dicintai. Kendati Nabi Muhammad saw. Sangat mencintai Aisyah ra., namun cinta beliau kepada Siti Khadijah ra. pada hakekatnya melebihi cintanya beliau kepada Aisyah ra., bahkan cinta itu melebihi semua cinta yang dikenal umat manusia terhadap lawan jenisnya. Sementara hikayat tentang cinta, seperti Romeo dan Juliet, Lailah dan Majnun, tidak teruji melalui kehidupan bersama mereka sebagai suami istri. Karena itu, sekali lagi dikatakan bahwa cinta Rasulullah saw. Kepada Khadijah ra. Adalah puncak cinta yang diperankan oleh seorang laki-laki kepada perempuan dan sebaliknya. Sangat besar rasa cinta Rasulullah kepada Khadijah, sampai-sampai Aisyah mengatakan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah seringkali menyebut-nyebutnya. Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu saat Aisyah merasa cemburu, lalu berkata, “Bukankah ia (Khadijah) hanya seorang wanita tua dan Allah telah memberi gantinya untukmu yang lebih baik darinya? (maksud Aisyah yang menggatikan Khadijah adalah dirinya). Maka Belaiu pun marah sampai berguncang rambut depannya. Lalu Beliau bersabda, “Demi Allah! Ia tidak memberikan ganti untukku yang lebih baik darinya. Khadijah telah beriman kepadaku ketika orang-orang masih kufur, ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, ia memberikan hartanya kepadaku ketika manusia lain tidak mau memberiku, dan Allah memberikan kepadaku anak darinya dan tidak memberiku anak dari yanglain.”Maka aku berkata dalam hati,” Demi Allah, aku tidak akan lagi menyebut Khadijah dengan sesuatu yang buruk selama-lamanya.”.
Disamping itu Rasulullah tidak memadu Khadijah dengan wanita lain,sedang semua istri selainnya dimadu. Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni enam belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai karena kematian. Tahun wafatnya disebut “Tahun Kesedihan” (‘Aamul Huzni).
Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari gangguan kaumnya yang masih ingkar terhadap kebenaran agama Islam, menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisy. Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain yaitu, menerima ucapan salam dari Allah SWT. yang disampaikan oleh malaikat Jibril a.s kepada Rasulullah SAW. disertai salam dari Jibril a.s pribadi untuk disampaikan kepada Khadijah radiallahu ‘anha serta dihiburnya dengan syurga. Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa terbatas.
Demikianlah keagungan cinta Rasulullah SAW. kepada Khadijah ra. Yang akan tetap terukir indah sepajang zaman.

*****  *****  *****

Kisah indah Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah ra. selalu berkesan untuk dibaca, sempat aku berfikir setelah membaca buku ini..  Rasulullah SAW tidak pernah mempermasalahkan perbedaan usia maupun status mereka, meskipun Khadijah ra seorang janda dan lebih tua lima belas tahun daripada Rosulullah SAW. Walaupun Khadijah lebih tua tapi beliau tetap patuh dan menjadi istri yang baik dan sangat dicintai Rosulullah dibanding istri-istri nabi yang lain.

Aku juga ingin seperti Khadijah, beliau adalah seorang istri yang baik dan selalu menemani sang suami dalam suka maupun duka sampai beliau menghadap sang pencipta.